SEANDAINYA SAYA BOLEH SEBENTAR BERANDAI-ANDAI
Penulis: Eka Novita Damayanti
Selamat Pagi Pak Anin! Semoga pagi
ini Anda sehat walafiat dan siap menyambut satu sukses yang lain dari sekian
banyak sukses dalam hidup Anda.
Pak Anin, ini cerita di suatu pagi beberapa
waktu lalu dalam hidup saya. Seperti biasa saya menulis. Mata tak lepas
memelototi layar komputer jinjing, tapi waktu itu persediaan ide dalam otak saya
tak kunjung muncul meski di charging
dengan segelas kopi jahe.
Alih-alih
menulis, saya malah browsing di
sebuah laman surat kabar online.
Sebuah berita tentang selebriti tanah air tampaknya sedang menjadi pemberitaan
hangat, tapi bukan itu yang menarik perhatian saya. Adalah berita tentang salah
satu perusahaan Bakrie yang sukses menggebrak pasar saham dengan nilai
penjualan yang fantastis.
Jujur saya bukan pengamat pasar
saham atau sejenisnya itu dan pengetahuan saya tentang saham pun minim sekali. Tapi
sederet angka itu membuat saya berpikir seperti apa rupanya uang Rp. 50 trilyun
itu? Seberapa banyak bila dikumpulkan. Selemari? Sekamar? Atau mungkin serumah?
Dan akan diapakan seandainya uang itu semuanya adalah milik saya? Ah,
terpikirkan saja tidak.
Dari besaran Rp 50 trilyun itu, penasaran
jari-jari saya terus bergerak. Mencari tahu lebih banyak lagi tentang Grup
Perusahaan Bakrie. Ternyata grup usaha keluarga Anda terbentuk bahkan sebelum
republik ini ada. Dengan kerja keras dan kerja cerdas, Bakrie terus berkembang
pesat sampai keadaannya yang sekarang ini dengan nilai saham yang terus
meningkat di pasaran dan ragam usaha yang semakin beragam.
Tapi tunggu, apa yang saya temukan
di laman berikutnya? Hmmm, ternyata kerajan bisnis sebesar Bakrie pun tak luput
dari kejatuhan juga ya? Di situ saya temukan hutang sampai US $ 1,08 milliar pada masa krisis
ekonomi lalu sampai saham keluarga keluarga Anda di Bakrie Brothers yang semula
sekitar 80 persen tergerus menjadi tinggal 2,5 persen saja. Kalau saja saya ada
dalam posisi ini mungkin saya akan strees, pusing tujuh
keliling memikirkan bagaimana cara keluar dari kemelut ini dan bagaimana pula
merebut kembali saham yang hilang, tapi tidak dengan Bakrie Group. Perlahan
tapi pasti, Bakrie mampu merebutnya kembali.
Saya
bukan anggota keluarga Bakrie, teman atau sekedar tetangga, tapi kemajuan
Bakrie Grup membuat saya ikut berbangga (semoga tak dilarang) ternyata orang
Indonesia mampu maju dan bersinar baik di dalam maupun luar negeri. Ini
penting, karena dalam banyak kesempatan, belum apa-apa kita sudah menasbihkan sampai
ke titik nadir kemampuan sendiri bahkan sebelum bertanding. Menganggap diri
sendiri tidak akan mampu bersaing dengan orang luar, apa lagi yang bermata biru
dan berkulit putih, tapi prestasi yang ditorehkan Anda dan keluarga menjawab
keraguan itu. Kita bisa dan mampu bersaing dengan mereka, bahkan mengungguli
asalkan kita mau. Mau bermimpi dan bekerja keras tentu saja.
Kemudian
saya melihat photo Anda dan sepupu, Ardi Bakrie. Muda dan berprestasi. Saya tak
ingin menyanjung, tapi Anda berdua adalah satu lagi bukti keberhasilan Bakrie
sekaligus menjadi penyebabnya. Betapa Grup Bakrie telah berhasil melalui tahap-tahapan
regenerasi dari kakek Anda sampai sekarang kepada Anda berdua. Banyak kerajaan
bisnis gilang gemilang pada jamannya, tapi mengalami penurunan drastis pada
kepemimpinan berikutnya. Tak lain karena mereka gagal mempersiapkan generasi
mereka dan bisa juga karena memang generasi penerus tak punya cukup kemapuan
untuk itu. Tapi melihat track record
Anda dan sepupu sampai sejauh ini, kiranya ayah dan paman Anda bisa tenang
meyerahkan tampuk pimpinan kepada Anda berdua. Ini yang saya sebutkan keberhasilan
sebenarnya.
Seandainya
saya CEO Grup
Bakrie, saya juga akan melakukan hal yang sama. Mempersiapkan proses regenerasi
sedini mungkin sehingga jika saya tua nanti dan tak dapat lagi bekerja, keturunan
saya sudah siap menerima estafet kepemimpinan. Saya juga merekrut tenaga-tenaga
profesioanl muda ke dalam perusahaan saya terutama dari dalam negeri. Saya
percaya dari jiwa muda mereka akan beroleh semangat, ide-ide
segar, inovatif dan pastinya prestasi.
Masih
dengan gelas kopi di tangan yang sudah tak sepanas tadi. Kening saya berkerut. Mungkin
Anda pernah membaca artikel ini atau mendengarnya dari orang lain bahwa tahun
2011 lalu di Prabumulih Sumatera Selatan, terjadi peristiwa yang cukup
menggetarkan rasa kemanusiaan kita. Seorang nenek di sana diseret ke pengadilan
oleh seorang manajer PT. Andalas Kertas dengan tuduhan mencuri. Kayu? Uang? Bahan
baku produksi? Tidak sebesar itu. Si nenek mencuri beberapa batang singkong di
lahan PT. Andalas Kertas.
Ya,
ampunnn hanya singkong saja! Ya, memang ‘hanya’ singkong saja. Tak sebanding
dengan besaran yang dirampok oleh para koruptor dari bangsa ini tapi akibatnya
tak hanya itu saja. Manajer perusahaan bersikeras menyeret si nenek ke
pengadilan untuk menimbulkan efek jera bagi orang lain yang berpikiran
melakukan hal yang sama katanya. Saya pikir Bapak tahu jalan cerita selanjutnya
karena saat itu lumayan ramai kasus ini menjadi pemberitaan di media dan
blog. Uniknya kasus ini sama dengan apa
yang terjadi di New York tahun 1930-an.
Sebuah
bantahan dilontarkan oleh kuasa hukum keluarga Anda menyusul peristiwa di
Prabumulih itu. Bakrie Group tak pernah membuka usaha di bidang plup maupun
kertas sekaligus juga menegaskan PT. Andalas Kertas bukan milik keluarga Anda,
begitupun sang manajer bukan karyawan Anda. Namun berangkat dari kejadian ini
dan terlepas dari apakah si manajer karyawan Bakrie atau tidak, saya sebagai
CEO (dalam pengandaian saya) akan lebih memperhatikan karyawan. Saya akan
memotivasi setiap orang untuk berlomba-lomba memanfaatkan potensi diri dalam menciptakan
prestasi kerja daripada memanfaatkan kelemahan atau kekurangan orang lain untuk
‘mengesankan hati’ atasan.
Termasuk
dalam perhatian saya adalah divisi personalia atau bagian recruitment tenaga kerja. Bisa dikatakan dari mereka kejayaan sebuah
perusahaan berawal, pun dari mereka kehacuran akan datang. Perekrutan yang didasarkan
karena pertemanan, persaudaraan atau karena merasa berhutang budi misalnya,
akan menutup kemungkinan perusahaan memperoleh tenaga yang jauh lebih cakap,
jujur dan berdedikasi. Bukan karena mereka tak mampu menilai, karena dalam
urusan menilai bakat, saya yakin kemampuan mereka tak perlu diragukan, tapi ini
lebih karena faktor ‘yang lain-lainnya’.
Sebagai
CEO, saya akan mengikutkan mereka ke dalam semacam training yang bisa menolong mereka membuka mata hati dan lebih arif
dalam menilai orang. Banyak orang pintar berkemampuan tinggi bertebaran
seantero republik ini yang bisa lolos seleksi perusahaan, tapi orang pintar,
berkemampuan tinggi dan ‘punya hati’ tidak banyak jumblahnya. Sekali Anda
memperolehnya, peritiwa Nenek pencuri singkong karena alasan kelaparan semacam
itu, tak perlu terjadi. Bukan maksud saya mendukung aksi kejahatan, tapi
seandainya kita bisa lebih arif dalam memandang persoalan, tak hanya dari hal-
hal yang kasat mata, tapi juga penyebab hal itu sampai terjadi.
Terakhir
saya ingin menyampaikan satu saran yang Insya Allah semoga bisa diterima. Sekiranya
Anda membuka usaha di suatu tempat, akan jauh lebih baik jika merekerut
penduduk lokal ke dalam perusahaan Anda. Yang berkualitas, jujur dan
berdedikasi tentunya. Saran ini sederhana, tapi terbukti ampuh, dimana penduduk
(yang sekaligus juga adalah karyawan) akan melindungi tempat bekerja mereka
dengan segenap hati karena di situlah ‘periuk’ mereka. Membiarkan tempat itu
hancur sama saja dengan menghancurkan mata pencaharian mereka. Ini terbukti di Sungai
Jawi, Pontianak, Kalimantan Barat tahun 90-an akhir. Waktu di tanah air marak
perambahan dan perampokan masal, tapi sebuah super market di sana aman. Adem ayem tak tersentuh kejahatan sama
sekali. Kuncinya satu, pemilik merekrut penduduk lokal sebagai pegawai sehingga
mereka merasa ikut berkepentingan dengan kelangsungan perusahaan.
Ah
itu saja yang bisa saya sampaikan Pak Anin. Saya yakin Anda pasti sudah paham
sebagian besarnya. Selamat ulang ke 70. Semoga Bakrie Group terus maju dan
terus berdedikasi untuk membangun negeri tercinta ini.
setuju dengan pemberdayaan masyarakat lokalnya..
BalasHapussukses selalu
Blogwalking Senja hari
sambil mengundang rekan blogger sekalian
Kumpul di Lounge Event Tempat Makan Favorit
sukses selalu
Salam Bahagia