Pagi
itu seperti biasa saya ke pasar. Seperti biasa membeli sarapan dan bekal
makanan untuk anak-anak sebelum meninggalkan mereka seharian untuk kerja. Agak
tergesa-gesa, karena bangun kesiangan. Sendirian, karena Si Doggy, anjing milik
bapak kos yang biasa ikut, hari itu entah main kemana bersama teman-temannya.
Mendekati pasar yang diuju,
terdengar suara yang sangat saya tidak suka. Makin mendekat gerbang pasar suara
itu maikn jelas dan terang. Perasaan mengatakan senag terjadi sesuatu tidak
beres di sini. Heran, orang-orang di pasar dan sekelilingya adem ayem, seperti
tidak mendengar apapun.
Seperi biasa. Batin ini
berperang. Ambil atau tidak. Ambil atau lewat saja. Dan seperti biasa juga.
Akhirnya aku memutuskan yah… ambil sajalah. Tentu dengan berbagai konsekuensi.
Diketahuan ibu kos dan dimarahi, misalnya.
Tapi saya tak ingin terlalu menarik perhaian orang-orang di pasar ini.
Bergegas saya belanja keperluan anak-anak kaki empat, setelahnya menghampiri
tempat asal suara kecil itu berasal. Sebuah bak sampah organic. Entah siapa
geranga manusia kejam itu yang telah dengan begitu tega membuang anak kucing
kecil itu di sana. Tak cukup memisahkannya dari induknya, masih juga menumpuk
si bayi kucing malang itu dengan sampah sayuran dan berbagai rupa di atasnya.
Perlu beberapa saat buat saya mengore=ngorek sampah buat mengeluarkan si kecil
dari sana. Tak berhasil karena tumpukan sampah begitu banyak. Beruntung seorang
petugas kebersihan melintas, yang dengan bantuannya saya bias mengevakuasi si
kecil dari saana. Tapi belakangan saya malah curiga, jangan-jangan si bapaklah
yang mebuang si kecil di sana. (Hehe… maaf ya Pak! )
Sam sesaat setelah Bergabung
Berbekal pelastik belanjaan saya
membawa Sam pulang ke kos. Saya berjalan lebih cepat dari biasa. Saya mengerti
teriakannya di dalam plastic bias jadi karena kedinginan dan lapar. Entah sudah
berapa lama dia di tempat itu.
Smapai di tempat kos, aku
berpikir, bayi sekecil ini, pasti belum bias makan nasi plus pindang seperti
saudara-sauranya yang lain. Harus susu dan bukan semabarang susu karena bias menyebabkan
diare hebat. Kata vet langanan saya, bayi sekecil itu yang paling baik ya minum
ASI induknya. Tapi dalam keadaan gawat darurat seperti saya ini, bias juga
minum susu berlabel LLM. Buka terbaik memang, karena tidak diformulasikan buat
bayi kucing, tapi lebih baiklah dari pada melihatnya kelaparan.
Entah Mengapa kamu sulit sekali diphoto dari depan
Berbekal selembar uang lima puluh
ribuan, saya pergi memblei susu. Gajian masih lama. Membeli susu berarti saya
harus lebih menghemat daripada hari-hari sebelumnya, tapi saya tidak keberatan.
Di dalam benak saya, yang pernting adalah Sam bias kenyang dan tidak
berteriak-teriak lagi. Dan memang, setelah minum susu dengan lahapnya, dia diam
dan tertidur. Barulah saya bias berangkat kerja dengan tenang.
Beberapa waktu bersama saya, Sam
menjadi lebih sehat. Apalagi setelah dating saudara-saudaranya seumuran yang
saya rescue dari tempat yang sama. Saya bukan orang berada. Tapi membiarkan
mereka di sana, menanggung resiko kelaparan, haus, kehujanan bahkan tertabrak
kendaraan yang berlalu lalang mebuat saya miris. Daripada saya emnyesal di
kemudian hari karena tidak melakukan apapun, akhirnya saya bawa juga mereka.
Yang saya herankan, bulu Sam dan
teman-temannya licin, seperti habis dilumuri minyak goreng. Beberapa kali saya
coba nersihkan dengan sampoo dan air hangat, tidak banyak emnolong. Apalagi
Sam. Saya heran melihat jalannya jadi berubah. Tak lurus sperti biasa, tapi ‘melenting’.
Seperti sulit melangkahkan kakinya. Tapi jangan ditanya semanagt makannya.
Lahap habis. Senang sekali melihatnya dan teman-teman melahap habis ceker atau
kepala ayam rebus yang saya buatkan. Kemudian tertidur saling berpelukan.
Sebagai ibu mereka, rasanya tidak ada yang lebih membahagiakan melihat
kebutuhan mereka terpenuhi, meski secara sederhana.
Namun kemudian saya terkejut. Di
suatu pagi saya dapati Sam terbujur kaku. Yah, dia telah pergi tanpa saya
ketahui. TNyaris tidak ada tanda atau erangan kesakitan. Saya sedih. Perkiraan
saya, dia bias bertahan sedikit lebih lama karena saya sudah memberinya vitamin
dan obat cacing. Tapi Tuhan berkehendak lain. Di suatu sore, di sebuah tempat,
saya tunaikan kewajiban terakhir saya kepadanya. Saya kuburkan dia denga
menanggung rasa sedih dan kasian karena saya belum sempat membawanya check ke
vet sehubungan dengan keuangan saya.
Sam, 23 Des 2014
Selamat tinggal sayang, Tante sayang kamu
Kamu pasti lebih baik sekarang. Tak ada kesakitan. Gak ada yang jahatin kamu lagi.
Saya bukan orang berkelebihan.
Merescue dan merawat kucing-kucing liar bagi saya karena keinginan untuk
berbagi kepada sesame mahluk ciptaan Tuhan YME. Saya sadar kemapuan saya
terbatas. Oleh karena itu saya mehimbau teman-teman untuk mrawat kucing, anjing
dan binanatng peliharaan lainnya dengan lebih baik. Dengan cara mensterilkan
mereka. Steril bukan berarti kita kejam. Tapi ini cara lebih bertabat untuk
menekan angka kelahiran yang tidak diinginkan. Agar tidak banyal lagi mahluk
kecil malang yang terbuang dan tersia-sia seperti Sam.
Rasululloh r bersabda:
مَنْ
فَرَّقَ بَيْنَ الْوَالِدَةِ وَوَلَدِهَا فَرَّقَ اللَّهُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَحِبَّتِهِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Barangsiapa yang memisahkan
antara induk dengan anaknya maka Alloh akan memisahkan antara dia dengan
orang-orang yang dicintainya pada hari kiamat (HR. At Tirmidzi 1283, tahqiq syaikh Albani: hasan).
Selamat tinggal sayang, selamanya
Tante akan menyayangi kamu dan teman-temanmu.